Untuk mencapai tujuan hidup maka kerja yang menjadi sarana dalam pencapaian tujuan tersebut. Hanya dengan kerjalah seseorang dapat mencapai kebebasan , tanpa kerja seseorang tidak akan memperoleh kebebasan. Hal ini sesuai dengan isi kitab Bhagawadgita yaitu:
Disebutkan
dalam Bhagawadgita (III-4)
Na karmaam anarambhan
naiskarmyam puruso
snute,
na ca samny asanad ewa
siddhim samadhigacchati.
Artinya
;
Tanpa
kerja orang tidak akan mencapai kebebasan
pun juga ia tidak akan mencapai kesempurnaan
karena
menghindari kegiatan kerja
Disebutkan
dalam Bhagawadgita (III-5)
Nahi kasciti ksanam api
jatu tisthati
akarmakrit,
karyate hy awasah karma
sarwah prakritijair
gunaih.
Artinya:
Walaupun
untuk sesaat jua tidak
seorang
pun tidak berbuat,
karena
setiap manusia dibuat tidak berdaya
oleh
hukum alam yang memaksamya bertindak.
Disebutkan
dalam Bhagawadgita (III-17)
Yastwatmaratir ewa syad
atma triptas ca Manawa,
atmany ewa ca santusta
tasya karyam na
widyate.
Artinya
:
Ia
yang senang memenuhi keinginannya sendiri
dan
puas akan dirinya sebagai manusia
dan
memuaskan dirinya sendiri saja,
sesungguhnya
tidak ada kekaryaannya.
Disebutkan
dalam Bhagawadgita (III-18)
Nai wa tasya kretene
rtho
na kritena ha kascana,
na ca sya sarwabhutesu
kascid
arthawyapasrayah.
Artinya
:
tidak
juga untuk mencapai tujuan kerja
apapun
pekerjaan yang tidak dikerjakan disini,
setiap
maksud tidak lagi tergantung pada setiap makhluk.
Disebutkan
dalam Bhagawadgita (III-19)
Tasmad asaktah satatam
karyam karma samacara
asakto hy acaran karma
param apnoti purusah
Artinya
:
Oleh
karena itu laksanakan segala kerja
Sebagai
kewajiban tanpa terikat (pada akibatnya),
Sebab
kerja yang bebas dari keterikatan bila melakukan
pekerjaan
itu orang itu akan mencapai (tujuan) yang tertinggi.
Di dalam Bhagawadgita dijelaskan
bahwa Tuhan pun tidak pernah berhenti untuk tidak bekerja meskipun sesungguhnya
tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakan-Nya. Tuhan tak pernah terikat karena
beliau mencintai. Bahwa cinta kasih yang sejati akan membuat kita tak terikat.
Dimana saja ada keterikatan, keinginan terhadap duniawi maka harus diketahui
bahwa itu hanya daya tarik fisik.
Beliaulah yang menciptakan alam ini beserta
isinya termasuk hukum alam, yang memaksa semua makhluk untuk bekerja begitu
juga Tuhan karena Tuhan sendiri ada pada setiap ciptaan-Nya. Bila Tuhan tidak
bekerja maka hukum alam tidak berjalan
dan dunia ini akan hancur karenanya.Hal ini dijelaskan dalam Bhagawadgita,
yaitu:
Disebutkan
dalam Bhagawadgita (III-22)
Na me patha sti
kartawyam
trisu lokesu kincana,
na nawaptam awaptawyam
warta ewa ca karmani
Artinya
:
Tidak
ada pekerjaan yang harus kukerjakan
diketiga
dunia ini dimana aku tidak terikat,
o
Arjuna, tetapi aku tetap harus kerjakan.
Disebutkan
dalam Bhagawadgita (III-24)
Utsideyur ime loka
na kuryamkarma ced aham
samkarasya ca karta
syam
upahayam imahpprajah
Artinya
:
Dunia
ini akan hancur jika aku tidak bekerja,
Aku
jadi pencipta kekacauan ini dan
memusnahkan
manusia ini semua.
Bhagawadgita mengajarkan karma yoga. Bahwa kita harus bekerja
dalam atau melalui yoga. Sehingga konsentrasi dalam perbuatan tak akan
menimbulkan tingkat kesadaran rendah yang berupa ego. Kesadaran bahwa kita
telah melakukan ini atau itu tak akan pernah ada kalau kita bekerja dalam yoga.
Gita mengajarkan bahwa segala kegiatan kerja hendaknya dilakukan demikian.
Orang yang telah mencapai pencapaian dengan Tuhan melalui yoga akan melakukan kegiatan
kerjanya dengan tenggelam dalam konsentrasi yang dalam, dan tak akan mencari
keuntungan dari apa yang dilakukannya.
Hasil dari setiap perbuatan adalah
campuran dari baik dan buruk. Tak ada pekerjaan baik tanpa sentuhan keburukan
didalamnya. Seperti asap yang mengelilingi api, beberapa keburukan pasti ada
dalam setiap pekerjaan. Maka kita harus menyeimbanginya dengan memberikan
sejumlah kebaikan yang lebih besar dari jumlah kejahatannya. Kita membaca
Bhagawadgita dengan bantuan cahaya lilin, namun cahaya yang sama menyebabkan
banyak sersangga yang mati karenanya. Demikianlah kelihatannya setiap kebaikan
selalu disertai kejahatan. Karena itu mereka bekerja tanpa kesadaran akan ego
tak akan dipengaruhi oleh kejahatan, karena perbuatannya semata-mata untuk
kebaikan dunia. Bekerja tanpa pamrih, tanpa keterikatan , membawa kebahagiaan
dan pembebasan.
Untuk bisa bebas dari belenggu
kerja maupun bebas dari kebendaan duniawi, maka ajaran-ajaran yang terdapat
dalam kitab suci yang merupakan wahyu dari Tuhan, sudah semestinya dipelajari,
dihayati dan dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Disebutkan
dalam Bhagawadgita (III-31)
Ye me matam idam nityam
anutisthanti manawah
sradawanto nasuyanto
murcyante te pi
karmabhih
Artinya
:
Mereka
yang selalu mengikuti ajaranku ini
dengan
penuh keyakinan dan
bebas
dari kebendaan duniawi ini
juga
bebas dari belenggu kerja.
Manusia bekerja sesuai dengan
kodratnya. Eksistensinya diperoleh karena dia bekerja. Manusia yang sempurna
adalah manusia yang bekerja. Bekeja memuliakan manusia dan menjadikan ia luhur.
Doktrin kerja yang dituangkan dalam Bhagawadgita adalah kerja yang dihubungkan
dengan disiplin yaitu jalan ilmu
pengetahuan bagi cendikiawan dan jalan kerja bagi karyawan.
Bhagawadgita mengajarkan manusia
untuk bekerja, sebab kerja adalah sama dengan tindakan hukum. Dalam bahasa
sansekerta, kata kerja berasal dari urat kata kri yang artinya berbuat,
bertindak dan melaksanakan. Kerja ini tidak bisa dihindari, itu sudah menjadi
hukum alam. Hukum alam ini tak bisa dihindari. Bila manusia dan semua makhluk
menghindarinya maka dunia akan hancur.
Disebutkan dalam Bhagawadgita
(III-7)
Yas
twindriyani manasa
niyamya
rabhate arjuna,
karmendriyaih
karmayogam
asaktah
sa vissiyate
Artinya :
Sesungguhnya orang yang dapat mengendalikan
Panca indranya dengan pikiran, oh
Arjuna,
Dengan panca indranya bekerja tanpa
keterikatan,
Ia adalah sangat dihormati
Dari sloka diatas dapat diambil kesimpulan bahwa panca indra dan pikiran
sangat mempengaruhi dalam usaha menghilangkan keterikatan sewaktu bekerja.
Sebab manusia tidak akan pernah bisa lepas dari yang nanya panca indra dan
pikiran. Tetapi keduanya bisa dikendalikan hingga benar-benar digunakan untuk
hal yang baik dan dapat menciptakan ketidakterikatan. Tidak ada pikiran yang tidak
dapat dikendalikan dan juga tidak ada ketegangan untuk tidak memusatkan pikiran
yang tidak tenang. Maka hendaknya pikiran itu dikendalakan,bila seseorang yang
dapat melakukannya, ia akan di hormati baik selama hidupnya maupun setelah
meninggal.
Kebahagiaan yang kita inginkan adalah
kebahagiaan lewat kerja, berkarya dan bertindak melaksanakan hidup sehari-hari.
Menurut Bhagawadgita, rumusan kerja paling sedikit ada tiga macam.
Alternatifnya ada di tangan kita sendiri yang menentukan kerja apa dan yang bagaimana
yaitu:
Pertama adalah bekerja tanpa
mengharapkan hasil, ini yang dimaksud bekerja seperti biasa. Jadi ketika kita
melakukan kerja itu semata-mata sebagai wujud pemenuhan kewajiban. Tidak
mengharapkan pahala dari yang telah dikerjakan.
Kedua adalah bekerja yang salah
antara lain berbohong. Berbohong adalah kerja walaupun tidak dengan tangan dan
kaki, melainkan dengan niat, keinginan dan pikiran. Dalam hal ini berbohong
untuk niat yang tidak baik.
Ketiga adalah yang disebut tak
bekerja. Maksudnya adalah bekerja tapi tidak terikat oleh kerja tersebut
sehingga bebas dari hukum karma.
Demikianlah klarifikasi kerja dalam
tiga jenis : bekerja tanpa mengharapkan pahala (karma), kerja yang salah
(vikarma) dan kerja yang tak kerja (akarma).
Dalam
Bhagawadgita, Sri Krsna berkata, “Wahai Arjuna, Tuhan menghuni setiap hati
manusia. Engkau bisa memanggilnya kebenaran mutlak, engkau bisa memanggilnya
kasih sayang dan engkau bisa menyebutnya kebahagiaan, tetapi semua itu ada
dalam hatimu. Apabila engkau bisa memuja sesaat sesudah bekerja dengan
bermeditasi, menyelam di dalamnya, engkau akan berhasil menemukan harta karun
yang tertimbun di dalamnya, karena tidak ada yang tidak bisa dicapai oleh
manusia. Janganlah menilai dirimu menurut buah pikiran yang muncul dalam
otakmu, sebab otak memang untuk berpikir dan semua buah pikiran, baik atau
buruk, tetap akan muncul. Kita harus mengalihkan perhatian kita dari
hasil-hasil pikiran kepada sumbernya yang merupakan sumber dari pikiran itu.
Sumber itu adalah jiwa (diri, self) dan ini murni, tidak dicemari oleh ide-ide
yang simpang siur”. Dari bunyi ketiga sloka diatas dapat diambil intisarinya
bahwa apa yang disebut kegiatan yang benar itu umumnya tidak jelas.
Pemikiran
zaman sekarang, resep-resep tradisional dan suara hati nurani, bercampur aduk
dan membingungkan kita. Ditengah-tengah semuanya ini, orang-orang bijak mencari
jalan keluar dengan mengacu pada kebenaran-kebenaran abadi yang dipadu dengan
pandangan batin penalaran tertinggi. Selain itu, bila kita bekerja dengan
semangat ketakterikatan, mental kita tidak akan terganggu. Kita menahan
diri dari kegiatan kerja yang timbul
dari keinginan dan melaksanakan kewajiban kita dengan jiwa yang senantiasa dihubungkan
dengan yang ilahi. Dengan demikian tanpa kegiatan tetap memelihara ketenangan
batin kita dan terbebas dari keterikatan, sehingga kita dapat melakukan akarma . Akarma artinya absennya keterikatan yang diakibatkan oleh kegiatan
kerja yang dilakukan tanpa keterikatan.
Hal
kerja dapat dijadikan landasan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Hal ini
sesuai dengan ajaran catur marga,
khususnya karma marga. Sesungguhnya
yang menjadi landasan filosofis melakukan kerja untuk mencapai kebebasan adalah
ketekunan, keikhlasan dan tidak terikat dengan hasil pekerjaan.Sebenarnya bila
setiap orang menyadari bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan hasil sesuai
hukum karma, maka dengan berbuat baik dan melakukan kerja yang dilandasi
keikhlasan seseorang seseorang akan memperoleh kebebasan. Seseorang dapat
melepaskan diri dari keterikatan kerja hanyalah melalui keyakinan dan usaha
sadar bahwa kerja yang dilakukan itu semata-mata adalah perwujudan bhakti
kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun pengabdian kepada kemanusiaan. Tanpa
kesadaran ini seseorang tidak dapat melepaskan diri dari ikatan kerja. Tugas
apapun hendaknya semua itu dipersembahkan kepada-Nya.
Sebagai
manusia yang mempunyai banyak kebutuhan maka sudah selayaknya bekerja untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut. Sebab bekerja lebih baik daripada tidak bekerja.
Hendaknya kerja yang dilakukan sesuai seperti yang telah ditentukan dan
dilaksanakan tanpa pamrih, tanpa kepentingan pribadi dan dilakukan untuk
kesejahteraan manusia dan memelihara ketertiban sosial. Kebiasaan kerja yang
baik akan memberi keuntungan bagi yang melakukannya dan orang lain. Apapun juga
kebiasaan baik itu dilakukan, yang itu juga orang lain akan mengikutinya. Apa
yang akan dibawakan untuk dilakukan, dunia akan mengikutinya.
Setiap
manusia memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Dalam hal ini manusia
yang bijaksana hendaknya jangan membingugkan yang bodoh yang terikat oleh
kerja. Orang bijaksana hendaknya dapat mengindahkan semua kerja dan bekerjasama
atas dasar itu. Orang yang bodoh biasanya tertipu akan sifat kerja , terikat
pada rasa keterikatan pada hasil kerja itu.
Manusia
sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial sudah pasti memiliki
bermacam-macam kewajiban dan tanggungjawab. Terkadang manusia mengerjakan
kewajiban orang lain sebelum mengerjakan kewajiban sendiri. Lebih baik
mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna dari pada kewajiban orang
lain yang dilakukan dengan baik. Sekalipun harus mati dalam tugas sendiri
daripada melaksanakan tugas orang lain yang berbahaya.
Manusia
selalu bekerja dengan berbagai motif. Karena tak mungkin ada kegiatan kerja
tanpa motif. Ada seseorang yang menginginkan nama baik maka ia pun bekerja
untuk mencapai nama baik. Itu adalah contoh motif dalam melakukan kegiatan
kerja. Bekerjalah untuk kepentingan kerja itu sendiri. Hanya beberapa saja di
dalam suatu negara yang benar-benar merupakan warga negara teladan, yang
bekerja untuk kepentingan kerja itu sendiri, tanpa mempedulikan nama, reputasi
maupun supaya masuk surga. Mereka bekerja hanya karena kemauan baiknya saja.
Dan ada juga yang melakukan kebaikan dan menolong umat manusia karena dorongan
yang lebih tinggi, yaitu karena mereka percaya akan kebaikan dan mencintai
kebaikan. Seolah-olah seperti dalil, dimana keinginan akan nama baik dan
reputasi jarang terwujud dalam waktu dekat, semuanya datang pada kita ketika
kita sudah tua dan hampir menyelesaikan kehidupan itu. Jika seorang bekerja
tanpa pamrih, ia akan mendapatkan sesuatu yang tertinggi. Tanpa pamrih
sebenarnya lebih berpahala, hanya orang-orang tak sabar melakukannya. Juga
lebih berharga dari suduk pandang kesehatan. Cinta kasih, kebenaran dan tanpa
pamrihbukan semata mata gambaran moral dari kata-kata. Semua itu membentuk
tujuan tertinggi kita, karena didalamnya terdapat maneifestasi dari kekuatan.
Janganlah terikat, biarkan semuanya
berlalu, biarkan semuanya terpusat pada kerja dan bekerjalah terus namun jangan
biarkan gelombang kecil itu menaklukan pikiranmu. Bekerjalah seolah-olah anda
adalah seorang asing yang berda di tempat itu. Bekerjalah dengan tiada putusnya
namun jangan ikatkan dirimu pada pekerjaan itu.
Keterikatan itu sangat menakutkan.
Berbuatlah seperti seorang majikan bukan seperti seorang budak. Bekerjalah
terus-menerus tetapi jangan merasa diperbudak oleh kerja itu.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, I Gede Rudia, I Nengah Sudipta dan Ni
Kompiang Sri Erawati. Dasar-dasar agama
hindu. 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan
Budha Departemen Agama RI.
Ma, G.Pudja. Bhagawadgita
(pancama weda). 2003. Jakarta: Pustaka Mitra Jaya.
Subagiasta, I Ketut. Sraddha dan bhakti. 2008. Surabaya: Paramita.
Titib, I Made. Teologi
dan symbol-simbol dalam agama Hindu. 2003. Surabaya: Paramita.
Tim Penyusun.
Buku bacaan agama Hindu untuk SMTA kelas III. Jakarta: 1993.
Vivekananda, Svami. Vedanta puncak kebenaran veda masa kini. 2007. Surabaya: Paramita.
Jakarta, 25 Desember 2013
Dwi Arisetia
Komentar
Posting Komentar