Langsung ke konten utama

Astangga Yoga dalam Gerak Tubuh



Yoga memiliki delapan komponen yang dikenal dengan istilah astangga yoga. Delapan komponen itu adalah: yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi. Di dalam yogasutra adhyaya II sloka 29, menyebutkan:
Yama niyamasana asanas pranayama pratyahara dharana dhyana samadhys stavanggani”
Yang artinya: yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi, inilah semua delapan bagian ajaran yoga.
Delapan tahap ajaran yoga ini, merupakan tangga untuk mengendalikan diri dan sekaligus merupakan aspek etika dalam ajaran yoga. Di bawah ini diuraikan masing-masing bagian astangga yoga tersebut, yaitu:
1.      Yama
Yama adalah pengendalian diri tahap pertama atau awal dan menampakkan pengendalian diri. Pada tahap ini latihan diawali dengan tingkah laku yang penuh cinta kasih (ahimsa/ tidak menyakiti). Tujuan dari tahap ini adalah melatih menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta kasih seseorang sebelum lanjut pada tahap – tahap berikutnya, sebab dengan cintakasih maka akan timbul rasa tulus ikhlas dan pikiran yang tenang dan damai. Dengan keadaan seperti itu, akan sangat membantu seseorang dalam tajap – tahap berikutnya hingga akhirnya tercipta sebuah kebahagiaan rohani dan ketenangan pikiran yang mendalam. Yama terdiri dari lima aspek yang prinsip, yaitu: ahimsa, satya, asteya, brahmacarya, dan aparigraha.
a.       Ahimsa
Ahimsa berarti tidak menyakiti atau melukai perasaan orang lain baik melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan. Pengertian ahimsa banyak menyimpang dari segi makna yang sebenarnya. Pengertian tidak menyakiti atau melukai orang atau membunuh sesuatu yang hidup, janganlah ditafsirkan artinya yang sangat ekstrim. Pengertian yang sedemikian itu bukanlah didasari pengertian terhadap ahimsa yang benar, karena sikap sedemikian ini jelas mengakibatkan keresahan dimasyaraka
b.      Satya
Satya diartikan sebagai gerak pikiran yang patut untuk diambil menuju kebenaran, yang di dalam prakteknya meliputi penggunaan kata-kata yang tepat dan dilandasi kebijakan untuk mencapai kebaikan bersama. Jadi satyam tidak dapat sepenuhnya diterjemahkan dengan “benar” atau “kebenaran” karena kedua kata ini dalam bahasa sansekerta disebut “rta”. Seorang sadhaka tidak selamanya dituntut untuk menempuh jalan rta tetapi tegas harus menempuh satya. Di dalam pelaksanaanya satya mempertimbangkan pula berbagai faktor situasi yang bersifat relative, walaupun yang ditujukan pada akhirnya adalah kebenaran mutlak di dalam penyatuan dengan param brahma. Brahma sendiri sering disebut “esensi satya” itu.
c.       Asteya
Asteya artinya tidak mencuri. Menurut jenisnya perbuatan mencuri dibagi menjadi empat jenis, yaitu: mencuri barang nyata dalam bentuk apapun juga, mempunyai rencana untuk mencuri, mengambil kepunyaan orang lain tidak untuk kepentingan sendiri tetapi untuk membuat pemiliknya mengalami kerugian, upaya untuk merugikan orang lain baik belum atau tidak dilakukan tetapi rencana sudah direka-reka dalam pikiran.
d.      Brahmacarya
Secara harafiah kata brahmacarya berarti tetap melekat kepada brahma. Ketika orang melakukan kegiatan, pikirannya tercurah menuju arah luar (ekstroversal) dan dirinya terlibat pada materi kasar yang sifatnya terbatas. Brahmacarya memandang dan memperlakukan benda-benda kasar yang dihadapi sebagai manifestasi brahma dan bukan semata-mata sebagai benda kasar.
e.       Aparigraha
Aparigraha adalah tidak berlebihan dalam menikmati benda kesenangan untuk mempertahankan kehidupan. Sejumlah faktor perlu diperhatikan unutk menentukan batas minimal yang terbaik guna mempertahankan kehidupan ini.
f.       Niyama
Niyama merupakan tahapan yang kedua dari delapan komponen astangga yoga. Niyama ini mengajarkan seseorang untuk mengikuti aturan – aturan tertentu  sebelum melakukan yoga, seperti misalnya kejujuran, bebas dari rasa iri hati, pembujangan, kesucian, pemberian sedekah, dan melakukan puasa pada waktu yang ditentukan. Tahap ini merupakan tahap yang lebih dalam dari tahapan Yama, karena sudah menggunakan tingkat ketulus ikhlasan hati seseorang. Seperti diuraikan dalam Patanjali Yoga Sutra II.40-45, Niyama dibagi kedalam lima bagian yaitu:
1)      Sauca, kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang menekuni prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik tersebut. Sauca juga menganjurkan kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan kecerdasan untuk membedakan (1) saumanasya atau keriangan hati, (2) ekagrata atau pemusatan pikiran, (3) indriajaya atau pengawsan nafsu-nafsu, (4) atmadarsana atau realisasi diri.
2)      Santosa atau kepuasan. Santosa berasal dari kata Tosa yang artinya keadaan mental yang terbatas dari ketegangan dan tekanan. Oleh karena itu santosa berarti suatu keadaan yang menyenangkan dan wajar, tanpa tekanan dan tanpa kepura-puraan. Hal ini dapat membawa praktisi Yoga kedalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan terdapat tingkat kesenangan transcendental.
3)      Tapah atau mengekang.Tapah artinya melakukan usaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan. Seperti dalam sauca sadana, maka dalam melakukan tapah tidak boleh sedikitpun didasari oleh keinginan mendapat keuntungan. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual.
4)      Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci. Svadhyaya diartikan sebagai pemahaman dengan sebaik-baiknya setiap permasalah kerohanian. Melakukan japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga memudahkan tercapainya “istadevata-samprayogah, persatuan dengan apa yang dicita-citakannya.
5)       Isvarapranidhana. Secara umum iisvarah diartikan sebagai pengendalian alam semesta raya, dengan kata lain dia itu adalah Tuhan. Tuhan atau ishvara itu mengendalikan berbagai gelombang pikiran di alam raya ini. Penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi.
g.      Asana
Asana merupakan anggota atau unsur yang ketiga dari astangga yoga. Asana ini adalah sikap pada waktu melaksanakan yoga. Dalam melaksanakan yoga, sikap duduk yang baik adalah sikap duduk yang paling disenangi dan rileks, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran serta tidak terganggu karena badan terasa sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistem saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran.Patanjali menganggap setiap asana sebagai sukha asana (asana yang menyenangkan), bilamana tidak memaksa dan membantu untuk menstabilkan badan dan budi. Ada beberapa bentuk-bentuk asana, antara lain:












Gerakan menurut Yoga Asanas
 

Jenis-jenis Asana
Penjelasan
Manfaat
1.      Padmasana





Kedua kaki diluruskan kedepan lalu tempatkan kaki kanan diatas paha kiri, kemudian kaki kiri diatas paha kanan. Kedua tangan boleh ditempatkan dilutut.

Dapat menopang tubuh dalam jangka  waktu yang lama, hal ini disebabkan karena tubuh mulai dapat dikendalikan oleh pikiran.
2.Siddhasana
Letakan salah satu tumit dipantat, dan lain tumit dipangkal kemaluan. Kedua kaki diletakkan begitu rupa sehingga kedua ugel-ugel mengenai satu dengan lain.


Memberikan efek ketenangan pada seluruh jaringan saraf dan mengendalikan fungsi seksual.
3.Swastikasana
Kedua kaki lurus kedepan kemudian lipat kaki dan taruh dekat otot paha kanan, bengkokkan kaki kanan dan dorong telapak kaki dalam ruang antara paha dengan otot betis.
Menghilangkan reumatik menghilangkan penyakit empedu dan lendr dalam keadaan sehat, membersihkan dan menguatkan urat-urat kaki dan paha.

4.Sarvangasana
Berbaring dengan punggung diatas selimut, angkat kedua kaki perlahan kemudian angkat tubuh bagian atas, pinggang, paha, dan kaki lurus ke atas. Punggung ditunjang oleh kedua tangan.

Memelihara kelenjar thyroid.
5.Halasana
Posisi tubuh rebah dengan telapak tangan telungkup disamping badan. Kedua kaki rapat lalu diangkat keatas dengan posisi lurus. Tubuh jangan bengkok. Kaki dan tubuh buat siku lebar. Turunkan kedua kaki melalui muka sampai jari kaki mengenai lantai. Paha dan kaki membentuk garis lurus.

Menguatkan urat dan otot tulang belakang dan susunan urat-urat disisi kanan kiri tulang punggung.
6.Matsyasana
Rebahkan diri diatas punggung, dengan kepala diletakkan pada kedua tangan yang disalipkan.
Membasmi bermacam penyakit seperti asma, paru-paru, bronchitis.

7.Paschimottanasana
Duduk dilantai dengan kaki menjulur lurus, pegang jari kaki dengan tangan, tubuh dibengkokkan ke depan.
Membuat nafas berjalan di brahma nadi (sungsum) dan menyalakan api pencernaan, dan Untuk menguarngi lemak diperut.

8.Mayurasana (Burung Merak)
Berlutut diatas lantai, jongkok diatas jari kaki, angkat tumit keatas dengan kedua tangan berdekatan, dengan telapak tangan diatas lantai, ibu jari kedua tangan harus mengenai lantai dan harus berhadapan dengan kaki.

Menguatkan pencernaan, membetulkan salah pencernaan dan salah perut seperti kembung, juga murung hati dan limpa yang bekerja lemah akan baik kembali.
9.Ardha Matsyendrasana
Latakkan tumit kiri didekat lubang pantat dan dibawah kemaluan mengenai tempat diantara lubang pantat dan kemaluan. Belokkan lutu kanan dan letakkan ugel-ugel kanan dipangkal paha kiri, dan kaki kanan diletakkan diatas lantai berdekatan dengan sambungan kiri, letakkan ketiak kiri diatas lutut kanan kemudian dorong sedikit kebelakang sehingga mengenai bagian belakang dari ketiak. Pegang lutut kiri dengan telapak tangan kiri perlahan punggung belokkan ke sisi dan putar sedapat mungkin ke kanan, belokkan jidat ke kanan sehingga segaris dengan pundak kanan, ayunkan tangan kanan kebelakang pegang paha kiri dengan tangan kanan, tulang punggung lurus.
Memperbaiaki alat-alat pencernaan, member nafsu makan. Kundalini akan dibangunkan juga dan membuat candranadi mengalir tetap.
10.Salabhasana
Rebahkan diri dengan telungkup, kedua tangan disisi badan terlentang. Tangan diletakkan dibawah perut, hirup nafas seenaknya kemudian keluarkan perlahan. Keraskan seluruh badan dan angkat kaki ke atas + 40 cm, dengan lurus sehingga paha dan perut bawah dapat terangkat juga.



Menguatkan otot perut, paha, dan kaki, menyembuhkan penyakit perut dan usus juga penyakit limpa dan penyakit bungkuk dapat dikurangi.
11.Bhuyanggasana
Merebahkan diri dengan telungkup, lemaskan otot, dan tenangkan hati, letakkan telapak tangan dilantai dibawah bahu dan siku, tubuh dan pusar sampai jari-jari kaki tetap di lantai, angkat kepala dan tubh ke atas perlahan seperti cobra ke atas, bengkokkan tulang punggung ke atas.
Istimewa untuk wanita, dapat memberi banyak faedah, tempat anak dan kencing akan dikuatkan, menyembuhkan amenorhoea (datang bulan tidak cocok), dysmenorhoea (merasa sakit pada waktu datang bulan, leucorrhoea (sakit keputihan), dan macam penyakit lain di kantung kencing dan indung telor dan peranakan.

12.Dhanurasana
Rebahkan diri dengan dada dan muka dibawah, kedua tangan diletakkan disisi, kedua kaki ditekuk kebelakang, naikkan tangan kebelakang dan pegang ugel-ugel, angkat dada dan kepala ketas, lebarkan dada, tangan dan kaki kaku dan luruskan, tahan nafas dan keluarkan nafas perlahan.

Menghilangkan sakit bungkuk, reumatik di kaki, lutut, dan tangan. Mengurangi kegemukan, dan melancarkan peredaran darah.
13.Gomukhasana
Tumit kaki kiri diletakkna dibawah pantat kiri, kaki kanan diletakkan sedemikian rupa, sehingga lutut kanan berada diatas lutut kiri dan telapak kaki kana ada disebelah paha kiri berdekatan.

Menghilangkan reumatik di kaki, ambein, sakit kaki dan paha, menghilangkan susah BAB.
14.Trikonasana
Berdiri tegak, kedua kaki terpisah, + 65 – 70 cm, kemudian luruskan tangan dengan lebar, segaris dengan pundak, tangan sejajar dengan lantai.

Menguatkan urat-urat tulang punggung dan alat-alat di perut, menguatkan gerak usus dan menambah nafsu makan.
15.  Baddha Padmasana
Duduk dengan sikap Padmasana, tumit mengenai perut, tangan kanan kebelakang memegang ibu jari kanan, begitu juga tangan kiri. Tekan janggut ke dada, lihat pada ujung hidung dan bernafas pelan-pelan.

Asana ini bukan untuk bermeditasi tetapi untuk memperkuat kesehatan dan menguatkan badan. Dapat menyembuhkan lever, uluhati, usus.
16.Padahasthasana
Berdiri tegak, tangan digantung disebelah badan, kedua tumit harus rapat tapi jari harus terpisah, agkat tangan kedua-duanya ke atas kepala. Perlahan bengkokkan badan ke bawah,  jangan bengkokkan siku lalu pegang jari kaki dengan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.

Menghilangkan hawa nafsu, tamas, menghilangkan lemak.
17.Matsyendrasana
Duduk dengan kaki menjulur, letakkan kaki kiri diatas pangkal paha kanandan letakkan tumit kaki kiri di pusar. Kaki kanan letakkan dilantai di pinggir lutut kiri. Tangan kiri melalui lutut kanan diluarnya memegang jari kaki kanan dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah lalu tekankan pada lutut kanan dan kiri.

Menghilangkan reumatik, menguatkan prana shakti (gaya batin) dan menyembuhkan bayak penyakit.
18.Chakrasana
Berdiri dengan tangan diangkat ketas, perlahan-lahan turunkan kebelakang dengan membengkokkan tulang punggung.

Melatih kegesitan, tangkas, segala pekerjaan akan dilaksanakan dengan cepat.
19.Savasana
Tidur terlentang, tangan lurus disamping badan, luruskan kaki dan tumit berdekatan. Tutup mata bernafas perlahan, lemaskan semua otot.
Memberikan istirahat pada badan, pikiran, dan sukma.
20.Janusirasana
Letakan tumit kiri di antara lubang pantat dan kemaluan, dan tekanlah tempat itu. Kaki kanan menjulur dengan lurus. Pegang jari kaki kanan dengan dua tangan.
Menambah semangat dan menolong pencernaan. Asana ini menggiatkan surya chakra. 
21.Garbhasana
Kedua tangan diantara paha dan betis, keluarkan kedua siku lalu pegang telinga kanan dengan tangan kanan dan sebaliknya.
Memperkuat pencernaan dan menambah nafsu makan
22.Kukutasana
Lebih dulu menbuat padmasana. Masukan tangan satu persatu dalam betis hingga sampai kira-kira di siku, telapak tangan diletakkan di lantai dengan jari terbuka kedepan, angkat badan keatas salib kaki kia-kira sampai di siku.
Menguatkan otot-otot, dada dan pundak.

a)      Pranayama
Pranayama adalah pengaturan pernapasan atau pengendalian keluar masuknya nafas ke paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan energi ke seluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik.. Pranayama dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: adhama, madhyama, dan uttama (yang rendah, sedang atau yang paling tinggi). Pranayama terdiri dari: Puraka yaitu menarik nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan recaka yaitu menghembuskan nafas. Puraka, khumbaka, dan recaka dilaksankan pelan-pelan, bertahap masing-masing dalan tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada pada tubuh manusia yaitu : muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun. Pranayama bermanfaat memberi pemurnian dan cahaya pengetahuan. Dengan melakukan pranayama maka karma dari seorang yogi, yang menutupi pengetahuan untuk membedakan yang akan dihancurkan, oleh panorama keinginan magis. Jika hakekat yang bercahaya itu tertutupi maka jiwa pribadi akan diarahkan menuju kejahatan. Karma dari sang yogi yang menutupi cahaya dan membelenggunya untu mengulangi kelahiran, akan berkurang dengan latihan pranayama stiap saat hingga pada akhirnya dapat dilenyapkan.
Didalam pranayama, prana merupakan hal yang sangat penting. Prana ini adalah jumlah total dari daya dan kekuatan terpendam yang terdapat pada tubuh manusia, serta terdapat dimana-mana, dan bermanifestasi pada panas, cahaya, listrik, dan magnet. Atman adalah semua tenaga dan prana yang memancarkannya. Semua kekuatan fisik dan mental dapat dikategorikan sebagai prana. Prana ini merupakan dasar kekuatan pada setiap keberadaan makhluk hidup, dari makhluk hidup tertinggi sampai pada yang terendah. Apapun yang bergerak atau bekerja dan memiliki nyawa, adalah bentuk atau wujud dari prana. Akasa merupakan salah satu wujud prana, prana tersebut dihubungkan dengan pikiran dan melalui pikiran menuju kehendak kemudian melalui kehendak menuju roh individual dan melalui ini, ia akan mencapai suatu keberadaan yang tertinggi. Penaklukan prana terletak pada pengendalian gelombang kecil prana pada pikiran. Dengan dikendalikannya prana maka akan tercipta keselarasan hidup individual dengan kehidupan kosmis.
Prana memiliki peranan yang sangat penting dalam pikiran, bahkan prana ada pada saat pikiran tidak ada yaitu saat tertidur. Oleh sebab itu Pranavadin atau Hatha Yogin mengatakan bahwa prana tattva mengungguli manas tattva. Prana tersebut memiliki lima sub bagian yaitu: Naga, Kurma, Krikara, Devadatta, dan Dhananjaya.
b)      Pratyahara
Pratyahara adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah : pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Menurut Maharsi Patanjali: Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam.Artinya : Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.
c)      Dharana
Dharana (pemusatan) adalah memusatkan citta/ budi pada suatu obyek. Pemusatan atau dharana berarti membebaskan diri dari keragu-raguan dan keresahan. Dalam teknik yoga, pemusatan budi pada berbagai alat indra yang melahirkan cara suatu pengamatan. Konsentrasi mental (pemusatan pikiran) dan sikap-sikap membantu kita dalam produksi zat-zat kimia oleh kelenjar-kelenjar dan dengan demikian menghasilkan akibat-akibat fisiologis yang dapat dilihat dan cara yang sama konsentrasi mental dapat menghasilkan apa yang dapat disebut perasaan supra berupa rabaan, rasa, warna, bunyi, bau, dll. Pikiran ini disampaikan dalam bahasa yoga kuna dengan perkataan “Meditasi pada ujung hidung membangunkan unsur bumi dan menciptakan bau ajaib, meditasi pada ujung lidah membangunkan unsur air dan menciptakan rasa luar biasa, meditasi pada matahari atau bulan atau bintang-bintang membangunkan unsur cahaya dan menciptakan bentuk-bentuk keindahan luar biasa, meditasi pada OM atau pada perkataan suci lain membangunkan unsur udara dan menciptakan benuk-bentuk musik batin luar biasa, meditasi pada pikiran bahwa anda berada di pangkuan Tuhan membangunkan unsur angin dan menciptakan perasaan sentuhan luar biasa; semua ini membawa keyakinan pada budi yang goncang dan keyakinan itu membawa kedamaian”. Kemampuan melaksanakan dharana denggan baik, akan memudahkan mencapai dhyana dan samadhi.

d)     Dhyana
Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada obyek yang disebutkan dalam dharana, tanpa tergoyahkan oleh obyek atau gangguan/ godaan lain, baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan yang nyata dirasakan oleh panca indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah, maupun rasa kulit. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran obyek dharana. Tujuan dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang widhi melalui obyek dharana. Patanajali menguraikan “tatra pradyaya ekatanata dhyanam” yang artinya arus budi atau pikiran yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Wujud dhyana adalah sebagai peleburan segenap usaha diri rendah menuju tercapainya diri agung. Jiwa rendah sudah tidak memikirkan apalagi melainkan untuk mencapai Tuhan.

e)      Samadhi
Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari astangga yoga yang dibagi kedalam dua keadaan, yaitu:
1.Samprajnatta-Samadhi atau Sabija-Samadhi, adalah suatu keadaan dimana yogin masih mempunyai kesadaran.
2.Asamprajnatta-Samadhi atau Nirbija-samadhi adalah keadaan dimana yogin sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya karena bhatinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Hyang Widhi. Baik dalam keadaan Sabija-Samadhi maupun nirbija-Samadhi.
Samadhi dirumuskan dalam patanjali sebagai “tad eva harta matra nirbhasam savarta sunyiam iva samadhi” (III. 3) yang artinya sesungguhnya adalah samadhi, didalam yang mana hanya artha (arti daripada tujuan) bercahaya dan bentuk sendiri (svarupa) hilang. Dalam keadaan transenden ini, pemikir diresap kedalam pikiran, aktivitas budi berhenti seperti orang menjadi satu dengan obyek yang dipikirkan atau direnungkan.

  Aplikasi Astangga Yoga

Seperti yang disebutkan dalam banyak sastra, dan sekarang ini sedang didengung-dengungkan oleh banyak kalangan, dikatakan bahwa jaman sekarang ini adalah jaman yang disebut kaliyuga, pada jaman ini sangat sulit untuk mencari kebenaran yang sebenarnya. Hal tersebut merupakan masalah yang serius dikalangan sosial. Kekerasan, penipuan, perselisihan, perseteruan, dan yang lainnya lagi menjadi irama hangat dalam perjalanan hidup sekarang ini.
Untuk mengembalikan kondisi yang seperti itulah diperlukan kesadaran akan pentingnya hidup bersama dalam kelompok, baik itu dalam kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Seperti dalam Sarasamuscaya Sloka 2, 3, dan 4 disebutkan “manusah sarvabhutesu varttate vai subhasubhe, asubhesu samavistam subhesvevavakarayet, upabhogaih parityaktam natmanamavasadayet, candalatvepi manusyam sarvvatha tata durlabham, iyam hi yonih prathama yam prapya jagatipate, atmanam sakyate tratum karmabhih subhalaksanaih” yang artinya “diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang dapat melakukan perbuatan baik atau buruk, leburlah perbuatan buruk itu menjadi perbuatan baik, jangan sekali – kali bersedih meskipun hidup hidup ini tidak makmur. Dilahirkan sebagai manusia itu hendaknya menjadikan kamu besar hati sebab amat sukar untuk terlahir menjadi manusia. Menjelma menjadi manusia itu sungguh – sungguh utama, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan samsara (kelahiran berulang-ulang) dengan jalan berbuat kebaikan, demikianlah keutamaan menjadi maniusia”. Pada saat seperti sekarang ini, kesadaran untuk menyadari keutamaan dan tujuan hidup inilah yang sangat sulit. Maka dari itu ajaran yoga merupakan salah satu ajaran yang menuntun setiap orang untuk berusaha menyadari pentingnya menjadi manusia, dan apa tujuan diturunkannya manusia ke dunia ini. Dengan delapan komponen Astangga yoga tersebut, akan mengarahkan manusia menuju jalan Tuhan, mulai Dari mengatur posisi tubuh, mengatur pernafasan, mengatur pengendal;ian diri, dan selanjutnya seperti apa yang telah dipaparkan sebelumnya.

Dalam Bhagawadgita bab III sloka 34 disebutkan “indriyasye ‘ndriyasya ‘rthe, raga dvesau vyavasthitau, tayor na vasam agacchet tau hy asya paripanthinau” yang artinya “cinta dan benci dikendalikan oleh rasa keinginan pada suatu objek keinginan itu sendiri, karenanya janganlah ada yang menyerah kepada keduanya sebab keduanya itu merupakan penghalang belaka”. Musuh manusia yang paling uatama adalah musuh yang munculnya dari dalam diri seseorang itu sendiri, seperti yang dijelaskan dalam Bhagawadgita bab III Sloka 37 “kama esa krodha esa rajoguna samudbhavah, mahasano mahapapma viddhy enam iha vairinam” artinya adalah “itu adalah nafsu, itu adalah amarah yang lahir dari sifat rajaguna keduanya memusnahkan, penuh dosa, ketahuilah ini adalah musuh yang disini”. Sehingga dari uraian – uraian sloka itu dapat diketahui bahwa untuk dapat menyadari pentingnya kesadaran diri, diperlukan pengendalian diri terlebih dahulu, dan selalu menggunakan akal pikiran yang sehat dalam segala tindak tanduk perbuatan ini, karena menjadi manusia itu adalah yang terbaik dari makhluk ciptaan lainnya


Jakarta, 25 Desember 2013
Dwi Arisetia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Weda Sebagai Sumber Hukum Hindu

A. Pengertian Weda Weda merupakan kitab suci agama Hindu. Weda terbagi atas dua kelompok besar / samhita, yakni kitab Sruti dan Smerti. Kitab Weda Struti terbagi atas tiga kelompok yang terdiri atas kitab Mantra, Brahmana dan Upanisad. Masing-masing kelompok ini dibagi lagi atas sub-kelompok kitab. Kitab sub-kelompok Catur Samhita Weda yang paling dikenal oleh umat Hindu yakni Rg Weda, Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda terdapat di dalam kelompok kitab Mantra Sruti. Kitab Weda Sruti Brahmana terbagi lagi dalam sub kelompok kitab Aitareya, Kausitaki, Tandya, Taittirya, Satapatha, Gopatha, dll. Kitab Weda Sruti Upanisad terdiri dari atas sub kelompok kitab Prashna, Mandukya, Chandogya, Kathawali, Isawasya, Pasupata dan lain-lain. Kitab Weda Smerti terbagi atas tiga sub kelompok juga, yakni kitab Wedangga, Upaweda dan Agama. Kitab Smerti Wedangga terdiri dari enam buah kitab, yakni kitab Siksha, Vyakarana, Chanda, Nirukta, Jyotisha, dan Kalpa. Kitab Smerti Upaweda terdiri atas ...

Hubungan Antara Kesenian dan Agama

            Einstein menyatakan bahwa antara agama, seni dan ilmu memiliki keterkaitan dalam membangun hidup dan kehidupan manusia secara utuh. Agama mengarahkan hidup manusia, seni menghaluskan hidup, dan ilmu bertujuan memudahkan hidup manusia. Ketiga hal ini merupakan landasan budaya bagi setiap masyarakat yang religius atau mendasarkan dirinya pada nilai-nilai agama. Hal ini sejalan dengan definisi kebudayaan sebagaimana disampaikan oleh Koentjaraningrat (2002:9) bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan memang merupakan sesuatu hal yang kompleks sehingga terlalu sulit untuk didefinisikan, bahkan beberapa orang mengidentikkan antara kebudayaan dan kesenian. Dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali, antara agama dan kesenian atau seringkali dikatakan dengan kebudayaannya sangat sulit untuk dibedakan...

CARA MENGURUS AKTA PERKAWINAN BAGI UMAT HINDU

Bagaimana mengurus akta perkawinan bagi umat Hindu? Pertama, mohon Surat Pengantar RT/RW sesuai alamat KTP. Syaratnya cukup fotokopi KTP dan KK sebanyak dua rangkap. Satu rangkap untuk diserahkan ke RT, dan satu rangkap ke RW. Perlu juga disiapkan alamat dimana pencatatan perkawinan akan dilangsungkan, karena akan ditulis dalam maksud/keperluan dalam kolom pada surat pengantar dimaksud. Pastikan ada tanda tangan dan stempel RT dan RW. Kedua, mohon Surat Keterangan ke Kelurahan sesuai alamat KTP. Syaratnya : 1. KTP asli dan fotokopi 2. KK asli dan fotokopi 3. Akta Kelahiran asli dan fotokopi 4. Surat Pengantar RT/RW 5. Surat Pernyataan Belum Menikah 6. Surat Pernyataan Asal Usul 7. Materai 6000 8. Fotokopi KK dan KTP orangtua. Blangko Surat Pernyataan Belum Menikah disiapkan kelurahan, tinggal diisi datanya dan ditandatangani di atas materai 6000. Setelah ditandatangani lalu difotokopi, nanti yang diminta kelurahan hanya fotokopinya satu lembar. Kalau Surat Pernyataan As...