Yoga memiliki delapan komponen yang dikenal dengan istilah astangga yoga. Delapan komponen itu adalah: yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi. Di dalam yogasutra adhyaya II sloka 29, menyebutkan:
“Yama
niyamasana asanas pranayama pratyahara dharana dhyana samadhys
stavanggani”
Yang artinya: yama,
niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi, inilah
semua delapan bagian ajaran yoga.
Delapan tahap ajaran
yoga ini, merupakan tangga untuk mengendalikan diri dan sekaligus merupakan
aspek etika dalam ajaran yoga. Di bawah ini diuraikan masing-masing bagian
astangga yoga tersebut, yaitu:
1.
Yama
Yama adalah
pengendalian diri tahap pertama atau awal dan menampakkan pengendalian diri.
Pada tahap ini latihan diawali dengan tingkah laku yang penuh cinta kasih
(ahimsa/ tidak menyakiti). Tujuan dari tahap ini adalah melatih menumbuhkan dan
meningkatkan rasa cinta kasih seseorang sebelum lanjut pada tahap – tahap
berikutnya, sebab dengan cintakasih maka akan timbul rasa tulus ikhlas dan
pikiran yang tenang dan damai. Dengan keadaan seperti itu, akan sangat membantu
seseorang dalam tajap – tahap berikutnya hingga akhirnya tercipta sebuah kebahagiaan
rohani dan ketenangan pikiran yang mendalam. Yama terdiri dari lima aspek yang
prinsip, yaitu: ahimsa, satya, asteya, brahmacarya, dan aparigraha.
a.
Ahimsa
Ahimsa berarti tidak
menyakiti atau melukai perasaan orang lain baik melalui pikiran, perkataan, dan
perbuatan. Pengertian ahimsa banyak menyimpang dari segi makna yang sebenarnya.
Pengertian tidak menyakiti atau melukai orang atau membunuh sesuatu yang hidup,
janganlah ditafsirkan artinya yang sangat ekstrim. Pengertian yang sedemikian
itu bukanlah didasari pengertian terhadap ahimsa yang benar, karena sikap
sedemikian ini jelas mengakibatkan keresahan dimasyaraka
b.
Satya
Satya diartikan
sebagai gerak pikiran yang patut untuk diambil menuju kebenaran, yang di dalam
prakteknya meliputi penggunaan kata-kata yang tepat dan dilandasi kebijakan
untuk mencapai kebaikan bersama. Jadi satyam tidak dapat sepenuhnya
diterjemahkan dengan “benar” atau “kebenaran” karena kedua kata ini dalam
bahasa sansekerta disebut “rta”. Seorang sadhaka tidak selamanya dituntut untuk
menempuh jalan rta tetapi tegas harus menempuh satya. Di dalam pelaksanaanya
satya mempertimbangkan pula berbagai faktor situasi yang bersifat relative,
walaupun yang ditujukan pada akhirnya adalah kebenaran mutlak di dalam
penyatuan dengan param brahma. Brahma sendiri sering disebut “esensi satya”
itu.
c.
Asteya
Asteya artinya tidak
mencuri. Menurut jenisnya perbuatan mencuri dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
mencuri barang nyata dalam bentuk apapun juga, mempunyai rencana untuk mencuri,
mengambil kepunyaan orang lain tidak untuk kepentingan sendiri tetapi untuk
membuat pemiliknya mengalami kerugian, upaya untuk merugikan orang lain baik
belum atau tidak dilakukan tetapi rencana sudah direka-reka dalam pikiran.
d.
Brahmacarya
Secara harafiah kata
brahmacarya berarti tetap melekat kepada brahma. Ketika orang melakukan
kegiatan, pikirannya tercurah menuju arah luar (ekstroversal) dan dirinya
terlibat pada materi kasar yang sifatnya terbatas. Brahmacarya memandang dan
memperlakukan benda-benda kasar yang dihadapi sebagai manifestasi brahma dan
bukan semata-mata sebagai benda kasar.
e.
Aparigraha
Aparigraha adalah
tidak berlebihan dalam menikmati benda kesenangan untuk mempertahankan
kehidupan. Sejumlah faktor perlu diperhatikan unutk menentukan batas minimal yang
terbaik guna mempertahankan kehidupan ini.
f.
Niyama
Niyama merupakan
tahapan yang kedua dari delapan komponen astangga yoga. Niyama ini mengajarkan
seseorang untuk mengikuti aturan – aturan tertentu sebelum melakukan
yoga, seperti misalnya kejujuran, bebas dari rasa iri hati, pembujangan,
kesucian, pemberian sedekah, dan melakukan puasa pada waktu yang ditentukan.
Tahap ini merupakan tahap yang lebih dalam dari tahapan Yama, karena sudah
menggunakan tingkat ketulus ikhlasan hati seseorang. Seperti diuraikan dalam
Patanjali Yoga Sutra
II.40-45, Niyama dibagi kedalam lima bagian yaitu:
1)
Sauca, kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang
menekuni prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang
lain dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik
tersebut. Sauca juga menganjurkan kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan
kecerdasan untuk membedakan (1) saumanasya atau keriangan hati, (2) ekagrata
atau pemusatan pikiran, (3) indriajaya atau pengawsan nafsu-nafsu, (4)
atmadarsana atau realisasi diri.
2)
Santosa atau kepuasan. Santosa berasal dari kata Tosa yang
artinya keadaan mental yang terbatas dari ketegangan dan tekanan. Oleh karena
itu santosa berarti suatu keadaan yang menyenangkan dan wajar, tanpa tekanan
dan tanpa kepura-puraan. Hal ini dapat membawa praktisi Yoga kedalam kesenangan
yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan terdapat tingkat kesenangan transcendental.
3)
Tapah atau mengekang.Tapah artinya melakukan usaha dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan. Seperti dalam sauca sadana, maka
dalam melakukan tapah tidak boleh sedikitpun didasari oleh keinginan mendapat
keuntungan. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi kuat dan terbebas
dari noda dalam aspek spiritual.
4)
Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci. Svadhyaya diartikan
sebagai pemahaman dengan sebaik-baiknya setiap permasalah kerohanian. Melakukan
japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga
memudahkan tercapainya “istadevata-samprayogah, persatuan dengan apa yang
dicita-citakannya.
5)
Isvarapranidhana. Secara
umum iisvarah diartikan sebagai pengendalian alam semesta raya, dengan kata
lain dia itu adalah Tuhan. Tuhan atau ishvara itu mengendalikan berbagai
gelombang pikiran di alam raya ini. Penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan yang
akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi.
g.
Asana
Asana merupakan
anggota atau unsur yang ketiga dari astangga yoga. Asana ini adalah sikap pada
waktu melaksanakan yoga. Dalam melaksanakan yoga, sikap duduk yang baik adalah
sikap duduk yang paling disenangi dan rileks, asalkan dapat menguatkan
konsentrasi dan pikiran serta tidak terganggu karena badan terasa sakit akibat
sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat
berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistem saraf sehingga terhindar
dari goncangan-goncangan pikiran.Patanjali menganggap setiap asana sebagai
sukha asana (asana yang menyenangkan), bilamana tidak memaksa dan membantu
untuk menstabilkan badan dan budi. Ada beberapa bentuk-bentuk asana, antara
lain:
Gerakan menurut Yoga Asanas
Jenis-jenis Asana
|
Penjelasan
|
Manfaat
|
1. Padmasana
|
Kedua kaki diluruskan kedepan lalu tempatkan
kaki kanan diatas paha kiri, kemudian kaki kiri diatas paha kanan. Kedua tangan
boleh ditempatkan dilutut.
|
Dapat menopang tubuh dalam jangka
waktu yang lama, hal ini disebabkan karena tubuh mulai dapat dikendalikan
oleh pikiran.
|
2.Siddhasana
|
Letakan salah satu tumit dipantat, dan lain
tumit dipangkal kemaluan. Kedua kaki diletakkan begitu rupa sehingga kedua
ugel-ugel mengenai satu dengan lain.
|
Memberikan efek ketenangan pada seluruh
jaringan saraf dan mengendalikan fungsi seksual.
|
3.Swastikasana
|
Kedua kaki lurus kedepan kemudian lipat kaki
dan taruh dekat otot paha kanan, bengkokkan kaki kanan dan dorong telapak
kaki dalam ruang antara paha dengan otot betis.
|
Menghilangkan reumatik menghilangkan
penyakit empedu dan lendr dalam keadaan sehat, membersihkan dan menguatkan
urat-urat kaki dan paha.
|
4.Sarvangasana
|
Berbaring dengan punggung diatas selimut,
angkat kedua kaki perlahan kemudian angkat tubuh bagian atas, pinggang, paha,
dan kaki lurus ke atas. Punggung ditunjang oleh kedua tangan.
|
Memelihara kelenjar thyroid.
|
5.Halasana
|
Posisi tubuh rebah dengan telapak tangan
telungkup disamping badan. Kedua kaki rapat lalu diangkat keatas dengan
posisi lurus. Tubuh jangan bengkok. Kaki dan tubuh buat siku lebar. Turunkan
kedua kaki melalui muka sampai jari kaki mengenai lantai. Paha dan kaki
membentuk garis lurus.
|
Menguatkan urat dan otot tulang belakang dan
susunan urat-urat disisi kanan kiri tulang punggung.
|
6.Matsyasana
|
Rebahkan diri diatas punggung, dengan kepala
diletakkan pada kedua tangan yang disalipkan.
|
Membasmi bermacam penyakit seperti asma,
paru-paru, bronchitis.
|
7.Paschimottanasana
|
Duduk dilantai dengan kaki menjulur lurus,
pegang jari kaki dengan tangan, tubuh dibengkokkan ke depan.
|
Membuat nafas berjalan di brahma nadi
(sungsum) dan menyalakan api pencernaan, dan Untuk menguarngi lemak diperut.
|
8.Mayurasana (Burung Merak)
|
Berlutut diatas lantai, jongkok diatas jari
kaki, angkat tumit keatas dengan kedua tangan berdekatan, dengan telapak
tangan diatas lantai, ibu jari kedua tangan harus mengenai lantai dan harus berhadapan
dengan kaki.
|
Menguatkan pencernaan, membetulkan salah
pencernaan dan salah perut seperti kembung, juga murung hati dan limpa yang
bekerja lemah akan baik kembali.
|
9.Ardha Matsyendrasana
|
Latakkan tumit kiri didekat lubang pantat
dan dibawah kemaluan mengenai tempat diantara lubang pantat dan kemaluan.
Belokkan lutu kanan dan letakkan ugel-ugel kanan dipangkal paha kiri, dan
kaki kanan diletakkan diatas lantai berdekatan dengan sambungan kiri,
letakkan ketiak kiri diatas lutut kanan kemudian dorong sedikit kebelakang
sehingga mengenai bagian belakang dari ketiak. Pegang lutut kiri dengan
telapak tangan kiri perlahan punggung belokkan ke sisi dan putar sedapat
mungkin ke kanan, belokkan jidat ke kanan sehingga segaris dengan pundak
kanan, ayunkan tangan kanan kebelakang pegang paha kiri dengan tangan kanan,
tulang punggung lurus.
|
Memperbaiaki alat-alat pencernaan, member
nafsu makan. Kundalini akan dibangunkan juga dan membuat candranadi mengalir
tetap.
|
10.Salabhasana
|
Rebahkan diri dengan
telungkup, kedua tangan disisi badan terlentang. Tangan diletakkan dibawah
perut, hirup nafas seenaknya kemudian keluarkan perlahan. Keraskan seluruh
badan dan angkat kaki ke atas + 40 cm,
dengan lurus sehingga paha dan perut bawah dapat terangkat juga.
|
Menguatkan otot perut, paha, dan kaki,
menyembuhkan penyakit perut dan usus juga penyakit limpa dan penyakit bungkuk
dapat dikurangi.
|
11.Bhuyanggasana
|
Merebahkan diri dengan telungkup, lemaskan otot,
dan tenangkan hati, letakkan telapak tangan dilantai dibawah bahu dan siku,
tubuh dan pusar sampai jari-jari kaki tetap di lantai, angkat kepala dan tubh
ke atas perlahan seperti cobra ke atas, bengkokkan tulang punggung ke atas.
|
Istimewa untuk wanita, dapat memberi banyak
faedah, tempat anak dan kencing akan dikuatkan, menyembuhkan amenorhoea
(datang bulan tidak cocok), dysmenorhoea (merasa sakit pada waktu datang
bulan, leucorrhoea (sakit keputihan), dan macam penyakit lain di kantung
kencing dan indung telor dan peranakan.
|
12.Dhanurasana
|
Rebahkan diri dengan dada dan muka dibawah,
kedua tangan diletakkan disisi, kedua kaki ditekuk kebelakang, naikkan tangan
kebelakang dan pegang ugel-ugel, angkat dada dan kepala ketas, lebarkan dada,
tangan dan kaki kaku dan luruskan, tahan nafas dan keluarkan nafas perlahan.
|
Menghilangkan sakit bungkuk, reumatik di
kaki, lutut, dan tangan. Mengurangi kegemukan, dan melancarkan peredaran
darah.
|
13.Gomukhasana
|
Tumit kaki kiri diletakkna dibawah pantat
kiri, kaki kanan diletakkan sedemikian rupa, sehingga lutut kanan berada
diatas lutut kiri dan telapak kaki kana ada disebelah paha kiri berdekatan.
|
Menghilangkan reumatik di kaki, ambein,
sakit kaki dan paha, menghilangkan susah BAB.
|
14.Trikonasana
|
Berdiri tegak, kedua
kaki terpisah, + 65 – 70 cm, kemudian
luruskan tangan dengan lebar, segaris dengan pundak, tangan sejajar dengan
lantai.
|
Menguatkan urat-urat tulang punggung dan
alat-alat di perut, menguatkan gerak usus dan menambah nafsu makan.
|
15. Baddha Padmasana
|
Duduk dengan sikap Padmasana, tumit mengenai
perut, tangan kanan kebelakang memegang ibu jari kanan, begitu juga tangan
kiri. Tekan janggut ke dada, lihat pada ujung hidung dan bernafas
pelan-pelan.
|
Asana ini bukan untuk bermeditasi tetapi
untuk memperkuat kesehatan dan menguatkan badan. Dapat menyembuhkan lever,
uluhati, usus.
|
16.Padahasthasana
|
Berdiri tegak, tangan digantung disebelah
badan, kedua tumit harus rapat tapi jari harus terpisah, agkat tangan
kedua-duanya ke atas kepala. Perlahan bengkokkan badan ke bawah, jangan
bengkokkan siku lalu pegang jari kaki dengan ibu jari, jari telunjuk, dan
jari tengah.
|
Menghilangkan hawa nafsu, tamas,
menghilangkan lemak.
|
17.Matsyendrasana
|
Duduk dengan kaki menjulur, letakkan kaki
kiri diatas pangkal paha kanandan letakkan tumit kaki kiri di pusar. Kaki
kanan letakkan dilantai di pinggir lutut kiri. Tangan kiri melalui lutut
kanan diluarnya memegang jari kaki kanan dengan ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah lalu tekankan pada lutut kanan dan kiri.
|
Menghilangkan reumatik, menguatkan prana
shakti (gaya batin) dan menyembuhkan bayak penyakit.
|
18.Chakrasana
|
Berdiri dengan tangan diangkat ketas,
perlahan-lahan turunkan kebelakang dengan membengkokkan tulang punggung.
|
Melatih kegesitan, tangkas, segala pekerjaan
akan dilaksanakan dengan cepat.
|
19.Savasana
|
Tidur terlentang, tangan lurus disamping
badan, luruskan kaki dan tumit berdekatan. Tutup mata bernafas perlahan,
lemaskan semua otot.
|
Memberikan istirahat pada badan, pikiran,
dan sukma.
|
20.Janusirasana
|
Letakan tumit kiri di antara lubang pantat
dan kemaluan, dan tekanlah tempat itu. Kaki kanan menjulur dengan lurus.
Pegang jari kaki kanan dengan dua tangan.
|
Menambah semangat dan menolong pencernaan.
Asana ini menggiatkan surya chakra.
|
21.Garbhasana
|
Kedua tangan diantara paha dan betis,
keluarkan kedua siku lalu pegang telinga kanan dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
|
Memperkuat pencernaan dan menambah nafsu
makan
|
22.Kukutasana
|
Lebih dulu menbuat padmasana. Masukan tangan
satu persatu dalam betis hingga sampai kira-kira di siku, telapak tangan
diletakkan di lantai dengan jari terbuka kedepan, angkat badan keatas salib
kaki kia-kira sampai di siku.
|
Menguatkan otot-otot, dada dan pundak.
|
a)
Pranayama
Pranayama adalah
pengaturan pernapasan atau pengendalian keluar masuknya nafas ke paru-paru
melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan energi ke seluruh tubuh. Pada
saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat
mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti
energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini
berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik.. Pranayama dapat
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: adhama, madhyama, dan uttama (yang rendah,
sedang atau yang paling tinggi). Pranayama terdiri dari: Puraka yaitu menarik
nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan recaka yaitu menghembuskan nafas.
Puraka, khumbaka, dan recaka dilaksankan pelan-pelan, bertahap masing-masing
dalan tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan
kedudukan ketujuh cakra yang ada pada tubuh manusia yaitu : muladhara yang
terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana
yang terletak diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang
terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak
ditengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun. Pranayama
bermanfaat memberi pemurnian dan cahaya pengetahuan. Dengan melakukan pranayama
maka karma dari seorang yogi, yang menutupi pengetahuan untuk membedakan yang
akan dihancurkan, oleh panorama keinginan magis. Jika hakekat yang bercahaya
itu tertutupi maka jiwa pribadi akan diarahkan menuju kejahatan. Karma dari
sang yogi yang menutupi cahaya dan membelenggunya untu mengulangi kelahiran,
akan berkurang dengan latihan pranayama stiap saat hingga pada akhirnya dapat
dilenyapkan.
Didalam pranayama,
prana merupakan hal yang sangat penting. Prana ini adalah jumlah total dari
daya dan kekuatan terpendam yang terdapat pada tubuh manusia, serta terdapat
dimana-mana, dan bermanifestasi pada panas, cahaya, listrik, dan magnet. Atman
adalah semua tenaga dan prana yang memancarkannya. Semua kekuatan fisik dan mental
dapat dikategorikan sebagai prana. Prana ini merupakan dasar kekuatan pada
setiap keberadaan makhluk hidup, dari makhluk hidup tertinggi sampai pada yang
terendah. Apapun yang bergerak atau bekerja dan memiliki nyawa, adalah bentuk
atau wujud dari prana. Akasa merupakan salah satu wujud prana, prana tersebut
dihubungkan dengan pikiran dan melalui pikiran menuju kehendak kemudian melalui
kehendak menuju roh individual dan melalui ini, ia akan mencapai suatu
keberadaan yang tertinggi. Penaklukan prana terletak pada pengendalian
gelombang kecil prana pada pikiran. Dengan dikendalikannya prana maka akan
tercipta keselarasan hidup individual dengan kehidupan kosmis.
Prana memiliki peranan
yang sangat penting dalam pikiran, bahkan prana ada pada saat pikiran tidak ada
yaitu saat tertidur. Oleh sebab itu Pranavadin atau Hatha Yogin mengatakan
bahwa prana tattva mengungguli manas tattva. Prana tersebut memiliki lima sub
bagian yaitu: Naga, Kurma, Krikara, Devadatta, dan Dhananjaya.
b)
Pratyahara
Pratyahara adalah
penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria
melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah :
pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya
indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga
bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke
keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari
goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Menurut
Maharsi Patanjali: Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara,
iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam.Artinya :
Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing,
serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi) yang murni.
Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada
Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke
nafsu terputus.
c)
Dharana
Dharana (pemusatan)
adalah memusatkan citta/ budi pada suatu obyek. Pemusatan atau dharana berarti
membebaskan diri dari keragu-raguan dan keresahan. Dalam teknik yoga, pemusatan
budi pada berbagai alat indra yang melahirkan cara suatu pengamatan.
Konsentrasi mental (pemusatan pikiran) dan sikap-sikap membantu kita dalam
produksi zat-zat kimia oleh kelenjar-kelenjar dan dengan demikian menghasilkan
akibat-akibat fisiologis yang dapat dilihat dan cara yang sama konsentrasi
mental dapat menghasilkan apa yang dapat disebut perasaan supra berupa rabaan,
rasa, warna, bunyi, bau, dll. Pikiran ini disampaikan dalam bahasa yoga kuna
dengan perkataan “Meditasi pada ujung hidung membangunkan unsur bumi dan
menciptakan bau ajaib, meditasi pada ujung lidah membangunkan unsur air dan
menciptakan rasa luar biasa, meditasi pada matahari atau bulan atau
bintang-bintang membangunkan unsur cahaya dan menciptakan bentuk-bentuk
keindahan luar biasa, meditasi pada OM atau pada perkataan suci lain
membangunkan unsur udara dan menciptakan benuk-bentuk musik batin luar biasa,
meditasi pada pikiran bahwa anda berada di pangkuan Tuhan membangunkan unsur
angin dan menciptakan perasaan sentuhan luar biasa; semua ini membawa keyakinan
pada budi yang goncang dan keyakinan itu membawa kedamaian”. Kemampuan
melaksanakan dharana denggan baik, akan memudahkan mencapai dhyana dan samadhi.
d)
Dhyana
Dhyana adalah suatu
keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada obyek yang
disebutkan dalam dharana, tanpa tergoyahkan oleh obyek atau gangguan/ godaan
lain, baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan yang nyata dirasakan
oleh panca indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah,
maupun rasa kulit. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran
sendiri yang menyimpang dari sasaran obyek dharana. Tujuan dhyana adalah aliran
pikiran yang terus menerus kepada Hyang widhi melalui obyek dharana. Patanajali
menguraikan “tatra pradyaya ekatanata dhyanam” yang artinya arus budi atau
pikiran yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Wujud dhyana
adalah sebagai peleburan segenap usaha diri rendah menuju tercapainya diri
agung. Jiwa rendah sudah tidak memikirkan apalagi melainkan untuk mencapai
Tuhan.
e)
Samadhi
Samadhi adalah
tingkatan tertinggi dari astangga yoga yang dibagi kedalam dua keadaan, yaitu:
1.Samprajnatta-Samadhi
atau Sabija-Samadhi, adalah suatu keadaan dimana yogin masih mempunyai
kesadaran.
2.Asamprajnatta-Samadhi
atau Nirbija-samadhi adalah keadaan dimana yogin sudah tidak sadar akan diri
dan lingkungannya karena bhatinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara,
diresapi oleh cinta kasih Hyang Widhi. Baik dalam keadaan Sabija-Samadhi maupun
nirbija-Samadhi.
Samadhi dirumuskan
dalam patanjali sebagai “tad eva harta matra nirbhasam savarta sunyiam
iva samadhi” (III. 3) yang artinya sesungguhnya adalah samadhi,
didalam yang mana hanya artha (arti daripada tujuan) bercahaya dan bentuk
sendiri (svarupa) hilang. Dalam keadaan transenden ini, pemikir diresap kedalam
pikiran, aktivitas budi berhenti seperti orang menjadi satu dengan obyek yang
dipikirkan atau direnungkan.
Aplikasi Astangga Yoga
Seperti yang
disebutkan dalam banyak sastra, dan sekarang ini sedang didengung-dengungkan
oleh banyak kalangan, dikatakan bahwa jaman sekarang ini adalah jaman yang
disebut kaliyuga, pada jaman ini sangat sulit untuk mencari kebenaran yang
sebenarnya. Hal tersebut merupakan masalah yang serius dikalangan sosial.
Kekerasan, penipuan, perselisihan, perseteruan, dan yang lainnya lagi menjadi
irama hangat dalam perjalanan hidup sekarang ini.
Untuk mengembalikan kondisi yang seperti itulah diperlukan
kesadaran akan pentingnya hidup bersama dalam kelompok, baik itu dalam kelompok
yang kecil maupun kelompok yang besar. Seperti dalam Sarasamuscaya Sloka 2, 3,
dan 4 disebutkan “manusah sarvabhutesu varttate vai subhasubhe,
asubhesu samavistam subhesvevavakarayet, upabhogaih parityaktam
natmanamavasadayet, candalatvepi manusyam sarvvatha tata durlabham, iyam hi
yonih prathama yam prapya jagatipate, atmanam sakyate tratum karmabhih subhalaksanaih” yang
artinya “diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia
sajalah yang dapat melakukan perbuatan baik atau buruk, leburlah perbuatan
buruk itu menjadi perbuatan baik, jangan sekali – kali bersedih meskipun hidup
hidup ini tidak makmur. Dilahirkan sebagai manusia itu hendaknya menjadikan
kamu besar hati sebab amat sukar untuk terlahir menjadi manusia. Menjelma
menjadi manusia itu sungguh – sungguh utama, karena ia dapat menolong dirinya
dari keadaan samsara (kelahiran berulang-ulang) dengan jalan berbuat kebaikan,
demikianlah keutamaan menjadi maniusia”. Pada saat seperti sekarang ini,
kesadaran untuk menyadari keutamaan dan tujuan hidup inilah yang sangat sulit.
Maka dari itu ajaran yoga merupakan salah satu ajaran yang menuntun setiap
orang untuk berusaha menyadari pentingnya menjadi manusia, dan apa tujuan
diturunkannya manusia ke dunia ini. Dengan delapan komponen Astangga yoga
tersebut, akan mengarahkan manusia menuju jalan Tuhan, mulai Dari mengatur
posisi tubuh, mengatur pernafasan, mengatur pengendal;ian diri, dan selanjutnya
seperti apa yang telah dipaparkan sebelumnya.
Dalam Bhagawadgita bab III sloka 34 disebutkan “indriyasye
‘ndriyasya ‘rthe, raga dvesau vyavasthitau, tayor na vasam agacchet tau hy asya
paripanthinau” yang artinya “cinta dan benci dikendalikan oleh rasa
keinginan pada suatu objek keinginan itu sendiri, karenanya janganlah ada yang
menyerah kepada keduanya sebab keduanya itu merupakan penghalang belaka”. Musuh
manusia yang paling uatama adalah musuh yang munculnya dari dalam diri
seseorang itu sendiri, seperti yang dijelaskan dalam Bhagawadgita bab III Sloka
37 “kama esa krodha esa rajoguna samudbhavah, mahasano mahapapma viddhy
enam iha vairinam” artinya adalah “itu adalah nafsu, itu adalah amarah
yang lahir dari sifat rajaguna keduanya memusnahkan, penuh dosa, ketahuilah ini
adalah musuh yang disini”. Sehingga dari uraian – uraian sloka itu dapat
diketahui bahwa untuk dapat menyadari pentingnya kesadaran diri, diperlukan
pengendalian diri terlebih dahulu, dan selalu menggunakan akal pikiran yang
sehat dalam segala tindak tanduk perbuatan ini, karena menjadi manusia itu
adalah yang terbaik dari makhluk ciptaan lainnya
Jakarta, 25 Desember 2013
Dwi Arisetia
Jakarta, 25 Desember 2013
Dwi Arisetia
Komentar
Posting Komentar